Monday 23 March 2015

Tuk Bhima Lukar Hulu Sungai Serayu

Tuk Bhima Lukar hulu sungai Serayu. Sungai Serayu merupakan sungai terpanjang kedua di Jawa tengah, setelah sungai Bengawan Solo. Panjang sungai Serayu sekitar 181 Km dan melintasi lima kabupaten di Jawa tengah. Kabupaten Wonosobo, Banjar negara, Purbalingga, Banyumas dan bermuara dilaut selatan Jawa Cilacap. Tak dinyana sungai Serayu ini ber hulu di dataran tinggi Dieng, berupa sumber mata air dilereng gunung Prahu yang oleh masyarakat Dieng disebut Tuk Bhima Lukar. Tuk Bhima Lukar ini mengalir kearah barat daya dan memiliki beberapa anak sungai diantaranya sungai Begaluh, sungai Tulis, sungai Merawu dan sungai Klawing. Keberadaan tuk Bhima lukar di dataran tinggi Dieng dikaitkan dengan sosok Bhima (Werkudara) salah seorang anggota pendawa lima dalam cerita pewayangan.

Menurut cerita yang beredar dimasyarakat Dieng, bahwa suatu hari Pandawa lima dan Kurawa berlomba untuk membuat sungai. Sebelum membuat sungai, pihak Pandawa lima yang diwakili oleh Bhima melakukan meditasi untuk memohon petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah beberapa lama bermeditasi sang Bhima pun mendapatkan petunjuk agar membuat sungai dalam keadaan lukar atau tidak memakai busana, kemudian menggali tanah dan nantinya akan muncul sumber mata air yang akan terus mengalir walau dimusim kemarau. Sang Bhima pun melakukan petunjuk yang diterimanya saat bermeditasi dan berhasil memenangkan perlombaan. Setelah sungai berhasil dibuatnya, sang Bhima pun berkeinginan melihat sungainya dan tanpa disengaja Bhima melihat seorang gadis cantik sedang mandi di sungai yang baru selesai dibuatnya. Sang Bhima pun terpana dan berkata sira ayu (kamu cantik). Konon kata itulah yang dikemudian hari menjadi cikal-bakal nama sungai Serayu.

Tidak sulit menemukan Tuk Bhima Lukar, Tuk Bhima Lukar terletak dipinggir jalan raya Wonosobo-Dieng, disebelah kanan gapura yang akan memasuki kawasan Dieng.
Tuk Bhima Lukar terdiri dari tiga undakan, undakan bagian atas merupakan tempat munculnya sumber mata air dari dalam tanah dan disakralkan atau disucikan, dibawahnya terdapat kolam kecil untuk menampung air, dan diundakan ketiga terdapat dua pancuran yang terbuat dari batu candi(Jaladwara) yang masih berfungsi dengan baik. Dipancuran inilah biasanya pengunjung mencuci muka atau mandi. Ada kepercayaan secara turun-temurun dimasyarakat bahwa cuci muka dan mandi ditempat ini diyakini akan membuat awet muda.  

No comments:

Post a Comment