Monday 23 March 2015

Sajak Cinta Ala Pesantren

Bagi Anda yang pernah belajar di pesantren, khususnya di Jawa tengah tentu tidak asing dengan sajak ini. Atau Anda yang pernah belajar ilmu Nahwu tentu paham dan mengerti maksut sajak ini.

Saat itu aku bagaikan isim mufrod, tunggal hanya sendiri. seperti hal nya kalimah huruf, sendiri tak bermakna. Laksana fi'il lazim, mencinta namun tidak ada yang dicinta. Tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus menjadi mubtada, memulai sesuatu. Menjadi seorang fa'il yang berawal dari fi'il. Tapi aku seperti fi'il mudhori alladzi lam yattasil sya'i, mencari sesuatu namun tidak bertemu sesuatu pun diakhir.

Berjumpa dengan mu adalah sebuah khobar muqoddam, sebuah kabar yang tak didangka. Aku pun menjadi mubtada muakkor, perintis yang kesiangan.
Aku mulai dengan sebuah kalam, dari susunan beberapa lafadz yang mufid terkhusus untuk dirimu dengan penuh makna, dan dari sinilah semua bermula. Aku dan kamu bagaikan idzofah. Aku mudzof, kamu mudzof ilaih, tak dapat dipisahkan.

Cintaku padamu berirob ro'fa, tinggi. Bertanda dhomah, bersatu. Cinta kita bersatu mencapai derajat yang tinggi.
Saat-saat mengejar cintamu, aku hanyalah isim ber irob nashob, susah payah. Bertanda fatah, terbuka. Hanya dengan bersusah payah maka jalan itu akan terbuka.
Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang kofdh, hina dan rendah. Bertanda kasroh, tercerai-berai. Jika kita berpecah-belah tak bersatu maka rendahlah derajat cinta kita.

Karenanya akan ku jaga cinta ini, layaknya isim ber irob jazm, penuh kepastian. Bertanda dengan sukun penuh ketenangan. Akan kita gapai cinta yang penuh damai saat semua terikat dengan kepastian tanpa ragu-ragu.

No comments:

Post a Comment