Friday 20 March 2015

Maha Karya Empu Supo Pesan Damai Dari Wonosobo



Maha karya Empu Supo pesan damai dari Wonosobo. Raden Qosim atau Empu Supo adalah seorang empu yang dikenal piawai dalam menempa besi-besi tua menjadi bilahan-bilahan dapur keris berkualitas tinggi. Menurut sejarahnya yang panjang Empu Supo adalah murid Kanjeng Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga, kemudian Empu Supo menikah dengan adik Sunan Kalijaga yang bernama Dewi Rosowulan. Diantara karya-karya Empu Supo yang legendaris sepeti keris dapur Kyai Sengkelat, keris Nogososro Sabuk Inten, keris Kyai Carubuk dan keris Brongot Setan Kober.

Keahlianya dalam membuat keris berkualitas tinggi sampai ditelinga Prabu Brawijaya V Majapahit, kemudian sang Prabu meminta Empu Supo untuk meembuatkan keris sebagai piandel bagi kerajaan Majapahit dan Empu Supo pun menyanggpinya. Setelah mejalani laku tirakat yang panjang akhirnya Empu Supo pun mendaptkan petunjuk untuk membuat keris kecil berbentuk indah dan memiliki energi yang dahsyat, berdapur Kyai Sengkelat. Konon ceritanya berlokasi di desa Sedayu kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo Empu Supo memulai prosesi pembuatan keris dapur Kyai Sengkelat. Dapur Kyai Sengkelat bukan keris sembarangan, keris dapur Kyai Sengkelat nantinya akan menjadi piandel kerajaan Majapahit, oleh karena itu bahan baku yang digunakan adalah besi berkualitas dan tata cara pembuatnya pun harus sejalan dengan kaidah-kaidah tertentu. Ahirnya dengan kesabaranya, keelitian, kecermatan dan riyadhoh panjang yang dilakukanya keris dapur Kyai Sengkelat berhasil dibuatnya.

Akan tetapi sebelum diserahkan kepada Prabu Brawijaya, keris dapur Kyai Sengkelat dicuri oleh salah seorang pasukan teliksandi kadipaten Blambangan (Banyuwangi) yang bernama Pakis cluring untuk diserahkan kepada Adipati Blambangan.
Sementara itu Empu Supo yang merasa kehilangan kerisnya bertekat untuk mencari dan membawa kerisnya pulang. Dengan menyamar sebagai pengemis, Empu Supo mulai berkelana pergi keberbagai daerah untuk mencari kerisnya yang hilang. Hingga pada suatu waktu beliau mendengar kalau kerisnya yang hilang ada di Kadipaten Blambangan. Setelah memastikan kerisnya yang hilang ada di Kadipaten Blambangan, Empu Supo pun tinggal beberapa lama disana sambil mencari saat dan waktu yang tepat untuk membawa kerisnya pulang ke Wonosobo. Hingga pada suatu hari, Empu Supo mendengar bahwa Adipati Blambangan mengadakan sayembara. Bagi siapa yang mampu membuat kembaran keris dapur Kyai sengkelat akan dihadiahi bumi separuh semangka Blambangan dan akan dinikahkan dengan putri Kadipaten Blambangan. Syembara itu dengan cepat menyebar keseantero Kadipaten Blambangan, banyak para Empu-empu yang bergegas mengikuti sayembara termasuk Empu Supo yang berpenampilan seperti pengemis. Kehadiran Empu Supo rupanya diremehkan sang Adipati karena penampilanya tidak mencerminkan seorang Empu. Akhirnya Empu Supo diberi kesempatan untuk membuat keris, dibawa keruangan khusus, diberi besi dan keris dapur Kyai Sengkelat yang asli sebagai contoh. Dengan kesaktian yang dimilikinya keris dapur Kyai Sengkelat yang asli dimasukan kekulit lengannya dan besi pemberian Adipati dipotong menjadi dua untuk dibuat dua keris kembar seperti keris dapur Kyai Sengkelat yang asli.
Kemudian kedua keris kembar itu diserahkan kepada Adipati, Adipati merasa senang dan menepati janjinya karena Empu Supo dianggap mampu membuat keris kembaran dapur Kyai Sengkelat. Pada perjalanan sejarah berikutnya Empu Supo diberi tanah separuh semangka Blambangan dan dinikahkan dengan putri Adipati, dari pernikahan itu melahirkan seorang putra bernama Supandria.

Menurut Pak Iswandi, juru kunci petilasan Empu Supo bahwa didesa Sedayu terdapat tiga peninggalan Empu Supo. Peilasan, yang dulu katanya rumah tempat tinggal Empu Supo. Bambu rengkol, lokasi dimana Empu Supo membuat keris. Tuk atau sumber air, digunakan Empu Supo untuk mencuci keris-kerisnya. 

No comments:

Post a Comment