Thursday 30 April 2015

Batu Kecubung Wulung Sihitam Berwibawa


Batu kecubung wulung sihitam berwibawa. Beberapa waktu yang lalu masyarakat dibuat geger dengan kemunculan batu kecubung wulung (Amethys) di pasaran yang konon dipercaya sebagai sarana pengasihan dan kewibawaan tingkat tinggi. Orang-orang ramai mencari dan berburu batu kecubung wulung diberbagai daerah yang fenomenal itu. Bahkan ada sebagian orang rela merogoh sakunya dalam-dalam demi mendapatkan batu kecubung wulung yang asli.
Konon ceritanya batu kecubung wulung menyimpan misteri tersendiri, banyak pihak yang percaya bahwa batu kecubung wulung dapat mendatangkan khodam dengan sendirinya, karena batu jenis ini sangat disukai oleh mahluk-mahluk astral. Bukan hanya itu batu kecubung wulung juga diyakini mampu meningkatkan kewibawaan seseorang. Sehingga sipemakai akan terlihat berwibawa, disegani dan mempesona siapa saja yang memandang, karena warna merah keunguan yang terpancar dari batu kecubung wulung berasal dari lima unsur alam yang mengandung energi ghaib positif bagi sipemakai.

Terlepas dari mitos dan cerita yang beredar dimasyarakat, sejatinya batu kecubung wulung sudah populer dan melegenda sejak zaman kerajaan Majapahit. Pada zamanya batu kecubung wulung menjadi icon dan primadona bagi Raja-raja, para Pangeran dan kaum bangsawan Majapahit. Dengan warna dasar hitam mengkilat, apabila diterawang atau disorot dengan cahaya maka akan tembus warna merah keunguan dan bentuknya yang indah berkilauan terkesan mewah, membuat jari manis semakin sedap dipandang mata. Sehingga orang yang melihatnya akan merasa segan atas kewibawaanya. Apalagi yang memakai adalah Raja-raja, para Pangeran dan kaum bangsawan yang berpengaruh. Mungkin itu makna dari pengasihan dan kewibawaan batu kecubung wulung yang dahulu banyak dipakai Raja-raja, para Pangeran dan kaum bangsawan. Sehingga mitos dan cerita batu kecubung wulung dapat meningkatkan pengasihan dan kewibawaan tetap beredar hingga kini.
Tampaknya cerita diatas ada benarnya juga, karena Sri Sultan Hamengkubuwono ke X juga mengenakan batu akik berwarna hitam dijarinya yang diyakini sebagai batu kecubung wulung.

Batu kecubung wulung merupakan batu permata yang banyak ditemukan di Indonesia. Dengan struktur alami dan ciri khas hitam mengkilat, bila disorot cahaya terlihat banyak serat-serat dan tembus warna merah keunguan. Batu kecubung wulung juga memiliki tingkat kekerasan yang cukup tinggi sekitar 7 scala mohz, batunya terasa keras dan berat bila dibandingkan dengan batu permata jenis lainya, dapat memantulkan cermin, batu kecubung wulung akan terasa dingin bila ditempelkan pada kulit maupun pipi.
Itulah cici-ciri batu kecubung wulung yang asli, bila Anda berkenan memiliki batu kecubung wulung alangkah baiknya kenali ciri-ciri dan bentuk kecubung wulung yang asli. Karena dewasa ini banyak beredar batu kecubung wulung palsu dipasaran.

Friday 17 April 2015

Sunrise Bukit Sikunir Pesan Damai Lembah Dieng

Sunrise bukit Sikunir pesan damai lembah Dieng. Bukit sikunir merupakan salahsatu perbukitan yang mengelilingi dataran tinggi pegunungan Dieng, bukit Sikunir terletak di desa Sembungan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Desa Sembungan adalah desa tertinggi di Jawa Tengah atau bahkan dipulau Jawa dengan ketinggian mencapai 2300 M diatas permukaan air laut (DPL). Dibawah bukit Sikunir terdapat telaga kecil yang indah dan masih alami, telaga itu oleh penduduk setempat disebut telaga Cebong. Disebut telaga Cebong karena bentuk telaga ini menyerupai kecebong, konon dahulu ada banyak kecebong ditelaga ini.

Bagi Anda yang datang dari luar kota dan membutuhkan penginapan, penduduk desa Sembungan juga banyak yang menyediakan Home stay (semacam tempat tinggal sementara) dengan biaya yang cukup murah tentunya. Atau bila Anda sampai di desa Sembungan menjelang Shubuh, Anda bisa parkir di lapangan pinggir telaga Cebong, kemudian Anda akan dihadapkan jalan setapak terjal menanjak menuju puncak bukit Sikunir. Bagi seorang pemula dibutuhkan waktu sekitar 60-90 menit diwaktu shubuh untuk sampai puncak bukit Sikunir, lokasi strategis penyambutan sunrise. Setelah sampai dipuncak lihatlah kearah timur, deretan pegunungan Sindoro, Soembing, Merapi, Merbabu dan Ungaran menjulang tinggi, gagah perkasa. Deretan pegunungan berapi itu nampak cantik, indah dan mempesona. Sementara itu bila kita melihat kearah barat tampak deretan pegunungan Slamet yang masih aktif, yang menjadi pusat perbatasan Kabupaten Banyumas. Purbalingga, Pemalang dan Tegal kokoh berdiri, tegak lurus laksana raksasa besar dan berwibawa. Langit yang tampak gelap perlahan tapi pasti berganti menjadi warna putih, biru dan jingga. Tak berselang beberapa lama sang surya dengan malu-malu mengintip dibalik celah gunung Sindoro, menyapa dan menyambut dengan salam hangat, tapi tidak cukup untuk mengusir dinginnya udara Dieng. Angin dingin sepoi-sepoi khas dataran tinggi pegunungan Dieng membuat tubuh kami kembali menggigil kedinginan.

Namun terlepas dari itu semua, sunrise bukit Sikunir merupakan fenomena keindahan alam terbaik dan terindah yang pernah saya saksikan. Seiring pagi berlalu, kabut perlahan mulai sirna dan menghilang dari pandangan dan detail dari pegunungan Sindoro, Soembing, Merapi, Merbabu, dan Ungaran tampak jelas membuat decak kagum dan memanjakan mata siapa saja yang memandang. Luar biasa, tempat ini sangat eksotis dan mengagumkan. Perjalanan berat dipagi ini ditambah udara dingin yang menusuk tulang terbayar lunas menikmati keindahan sunrise bukit Sikunir

Sumur Jalatunda Penghubung Dunia Astral

Sumur Jalatunda penghubung dunia astral. Sumur Jalatunda terletak disebelah barat pegunungan Dieng, atau sekitar 7 Km dari komplek candi Arjuna. Sumur Jalatunda adalah sumur raksasa dengan diameter hampir 90 M dan kedalaman yang belum bisa dipastikan. Sumur Jalatunda terbentuk akibat letusan gunung berapi raksasa ratusan tahun yang lalu, atau sumur Jalatunda terbentuk dari kawah mati akibat letusan gunung berapi ratusan tahun yang lalu kemudian membentuk lubang besar dipermukaan tanah dengan diameter 90 M dan kedalaman yang belum bisa ditentukan lalu terisi oleh air hujan dan sumber-sumber air disekitar sumur Jalatunda. Asal-usul nama sumur Jalatunda berasal dari kata jala dan tunda, artinya bagi siapa saja yang mempunyai keinginan dan cita-cita jangan pernah ditunda-tunda dan segera dilaksanakan agar keinginan, cita-cita dan harapan itu segera terwujud.

Menurut cerita yang beredar dikalangan masyarakat Dieng, sumur Jalatunda merupakan pintu masuk penghubung dunia astral atau ghaib. Konon ceritanya dibawah sumur Jalatunda terdapat kerajaan ghaib yang terhubung dengan kerajaan ghaib Nyi Roro Kidul pantai selatan Jawa. Konon Nyi Roro Kidul sering pergi ke dataran tinggi Dieng untuk bermusyawarah dengan leluhur-leluhur Dieng melalui pintu ghaib sumur Jalatunda. Namun versi lain juga menyebutkan bahwa sumur Jalatunda terbentuk akibat pijakan kaki Bhima (tokoh dalam pewayangan Pendawa Lima) yang sedang marah lalu menancapkan kakinya ketanah dan terbentuklah kubangan raksasa sumur Jalatunda. Secara kebetulan atau tidak, didekat obyek wisata sumur Jalatunda juga terdapat obyek wisata kawah Cndradimuka yang terkenal dengan semburan air panas setinggi 50-100 Cm. Kawah Candradimuka dalam cerita pewayangan dikenal sebagai tempat bertapa Raden Gatotkaca untuk mengasah kesaktianya.
Namun terlepas dari cerita dan mitos yang beredar secara turun-temurun, obyek wisata sumur Jalatunda menyuguhkan eksotisme panorama alam yang mengesankan berupa barisan bukit-bukit kecil menghijau dan ladang-ladang tanaman kentang tumbuh subur dilokasi ini.

Tuesday 14 April 2015

Kyai Semar Pepunden Tanah Jawa

Kyai Semar pepunden tanah Jawa. Sosok Semar dalam pewayangan yang berkuncung seperti laki-laki, namun dia juga memiliki buah dada yang membusung seperti perempuan. Sejatinya sosok Semar tidaklah tampan rupawan ataupun cantik jelita. Semar adalah badra, berwajah laksana bulan purnama, tetapi dia juga nayantaka, pucat seperti mayat. Semar adalah badranaya, menuntun bagi siapa saja yang berbudi rahayu. Semar adalah asmara, tetapi dia juga santa atau suci. Karena itu dia asmarasanta atau cinta suci. Pengertian tersebut menunjukan bahwa sosok Semar merupakan simbolis dari sifat Ilahiah.

Ketika Dinasti Ustmaniyah di Turki ingin menyebarkan pengaruh agama Islam dikawasan Asia tenggara kususnya Indonesia. Sultan Muhammad I mengutus ulama-ulama terpilih yang tergabung dalam Wali songo periode pertama, mereka adalah Syeikh Maulana Malik Ibrahim, Syeikh Maulana Ishak, Syeikh Maulana Ahmad Jumadil Kubra, Syeikh Maulana Malik Israil, Syeikh Maulana Muhammad Maghribi, Syeikh Maulana Aliyudin dan Syeikh Subakir. Menurut babad tanah Jawa, sudah beberapa kali didatangkan utusan dari Arab untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa kususnya dan Indonesia pada umumnya tetapi selalu menemui kegagalan secara makro.Kegagalan itu disebabkan masyarakat Jawa ketika itu masih kokoh memegang adat-istiadat dan kepercayaan lama. Mereka menyembah benda-benda bertuah dan ruh-ruh leluhur yang diyakininya dapat memberikan perlindungan dan pertolongan kepada mereka. Karena itu diutuslah Syeikh Subakir yang dikenal mumpuni dalam ilmu kanuragan dan kedigdayaan , Beliau secara spesifik menangani masalah-masalah yang terkait dengan magis dan nilai-nilai spiritual yang telah menyimpang.

Hingga pada suatu waktu sampailah Beliau dikaki bukit Goa Gajah Mungkur, disebut Gajah Mungkur karena bila dilihat dari kejauhan tampak seperti gajah purba yang tengah berbaring dan membelakangi kota Wonogiri. Menurut saudara Goenawan W.E, Goa Gajah Mungkur merupakan istana sunyaruri / ghaib Kyai Semar selama berabat-abat lamanya. Kehadiran Syeikh Subakir tidak disenangi, mengusik kemarahan hati Kyai Semar dan terjadi perang tanding selama empat puluh hari, empat puluh malam dan tidak ada yang tampil sebagai pemenang oleh karena itu kedua tokoh sakti ini sepakat untuk mengakhiri pertarungan dan mengadakan perjanjian yaitu bersama-sama membangun tanah Jawa dari alam masing-masing. Syeikh Subakir yang berasal dari negri RUM (Irak) yang membawa ajaran tauhid akan membenahi manusia Jawa dengan syariat agama Islam yang dibawanya, sedangkan Kyai Semar akan memberikan pencerahan-pencerahan lewat batin. Perdamaian itu ditandai dengan dikawinkanya abdi kepercayaan Kyai Semar yang bernama Kyai Glinggang Jati dan abdi kinasih Syeikh Subakir yang bernam Siti Aminah. Mereka berdua diutus untuk menjaga dan mengayomi Goa Gajah Mungkur dan sekitarnya. Kemudian Kyai Semar pindah ke gunung Tidar Magelang, pegunungan Srendeng Jawa Tengah, gunung Srandil Cilacap dan moksa diGoa Semar dataran tinggi pegunungan Dieng.
Tokoh Semar hendaknya dipandang bukan sebagai fakta historis (sejarah), tapi lebih bersifat mitologi atau simbol tentang ke Esa-an Tuhan, yaitu suatu tanda atau lambang dari pengejawantahan atau penampakan ekspresi budaya, persepsi, pengertian tentang Ilahiah yang menunjukan kepada konsepsi. Pengertian ini menunjukan bahwa sejak zaman purba kala leluhur kita adalah bangsa yang berbudaya, religius dan berketuhanan Yang Maha Esa. 

Monday 13 April 2015

Kyai Ageng Kolodete Bersemayam Di Telaga Balekambang

Kyai Ageng Kolodete bersemayam di telaga Balekambang. Menurut salah seorang budayawan Dieng Alif fauzi, Kyai Ageng Kolodete adalah seorang Resi Hindu yang pada akhirnya memilih agama Islam sebagai pegangan hidupnya. Pada zaman sebelum ke-Walian dataran tinggi Dieng dikenal sebagai pusat peradaban agama Hindu di pulau Jawa dan banyak berhimpun kasta Brahmana dan Ksatria disana, salah satunya adalah Kyai Ageng Kolodete.

Ketika kerajaan Demak Bintoro berdiri, sebagai kerajaan Islam di pulau Jawa yang didukung oleh Wali songo. Musyawarah dewan Wali sepakat untuk mengutus Syeikh Ngabdullah Selomanik untuk berdakwah menyebarkan agama Islam di lembah Dieng dan sekitarnya, dimana ketika itu masyarakatnya masih banyak yang beragama Hindu, animisme dan dinamisme. Syeikh Ngabdullah Selomanik yang dibantu oleh ulama-ulama lainya dari kerajan Demak seperti Sunan Besik dan Kyai Bangkit berdakwah dengan cara yang santun, memperlihatkan ketinggian nilai-nilai Islami dan tidak secara frontal menentang adat-istiadat melainkan menyusupinya dengan ajaran-ajaran islam.

Cara dakwah seperti ini rupanya membuahkan hasil yang menggebirakan, satu-persatu masyarakat Dieng memeluk agama islam. Salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dataran tinggi Dieng, Kyai Ageng Kolodete menyusul beriman dan pada perjalanan sejarah berikutnya Kyai Ageng Kolodete menjadi seorang juru dakwah yang handal untuk membantu Syeikh Ngabdullah Selomanik mensyiarkan agama islam di lembah Dieng dan sekitarnya.
Sebuah versi menyebutkan bahwa selain sebagai seorang juru dakwah yang handal Kyai Ageng Kolodete juga diberi tugas untuk menjaga dan mengayomi wilayah Dieng. Kyai Ageng Kolodete diyakini berambut gimbal (gembel). Ketika berkuasa di lembah Dieng, Beliau bersumpah tidak akan pernah mencukur rambutnya hingga masyarakat Dieng hidup makmur gemah ripah loh jinawi. Bila sumpahnya tak terkabul, Beliau akan menitiskan roh nya kepada anak-anak di Dieng. Begitulah fenomena anak-anak berambut gimbal di lembah Dieng yang diyakini sebagai titisan atau memiliki garis keturunan dari Kyai Ageng Kolodete. Kemudian setelah mengucapkan sumpah serapah tersebut Kyai Ageng Kolodete pergi ke telaga Balekambang  dan moksa atau berpindah alam di telaga Balekambang dataran tinggi Dieng dengan mengemban tugas dan cita-cita mulia, ingin melihat anak keturunanya hidup makmur dikemudian hari

Perpaduan Kontras Kawah Sikidang

Perpaduan kontras kawah sikidang. Kawah sikidang terletak di lembah Dieng, desa Dieng kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara. Kwah sikidang paling populer dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara karena letaknya yang strategis dan mudah dijangkau. Menurut penelitian dari badan pusat volcanologi meterologi dan geofisika (PVMG) kawah Sikidang memiliki dapur magma didalam perut bumi. Dapur magma ini menghasilkan hawa panas dan energi dengan tekanan yang sangat kuat. Apabila tekanan ini sampai mencapai batas-batas puncaknya, maka akan terjadi letusan dan terbentuk kawah baru.

Kawah ini menjadi populer karena lubang keluarnya gas dari perut bumi selalu berpindah-pindah sepeti binatang Kidang (Kijang) yang suka meloncat-loncat kesana-kemari sehingga penduduk setempat menamakanya kawah Sikidang. Kawah Sikidang menawarkan kesan dan suasana lain bagi pariwisata di dataran tinggi pegunungan Dieng. Udara dingin yang menusuk tulang, bukit-bukit yang menghijau laksana permadani maha luas sekejap lenyap dari pandangan bila kita memasuki kawasan kawah Sikidang, yang terlihat justru pemandangan kontras beupa tanah perbukitan kering nan tandus. Dari bibir kawah terlihat asap putih yang terus mengepul dan menebarkan bau belerang yang menusuk hidung, pagar yang terbuat dari bambu dibangun mengelilingi bibir kawah untuk keselamatan pengunjung, dari dalam kolam kawah terlihat air bercampur dengan lumpur, gas dan belerang berwarna gelap, bergerak kesana-kemari, terus menggelegar disertai asap putih yang terus mengepul dan menimbulkan bau belerang yang menyengat. Konon ceitanya kawah Sikidang ini memiliki suhu diatas 100 derajat celcius.

Bagi Anda yang baru pertama kali berkunjung ke obyek wisata ini diharuskan berhati-hati bila memasuki kawasan kawah Sikidang. Karena struktur tanah disini sangat labil, rapuh dan mudah longsor bila terkena pijakan kaki.itu semua disebabkan hawa panas dari dapur magma yang terus bergejolak kepermukaan tanah dan mengeluarkan air bercampur lumpur, gas dan belerang.

Curug Winong Risalah Alam Pegunungan

Curug winong risalah alam pegunungan. Curug winong terletak dikaki lembah Kaliwiro, desa Winong sari, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo atau sekitar 20 Km kesebelah selatan dari kota Wonosobo. Obyek wisata yang terletak di hutan rakyat, berbentuk air terjun seluncur (curug) ini memiliki ketinggian sekitar 70 M dengan kemiringan sekitar 60-70 derajat dan terdapat tiga buah batu berukuran besar yang berada persis dibawahnya. Batu-batu berukuran besar tersebut oleh masyarakat setempat disebut watu kelir.

Curug winong merupakan air terjun yang masih alami di Kabupaten Wonosobo, dengan suasana alam pedesaan yang masih asri, menawarkan kesejukan yang begitu nyata, mempesona, indah dan memanjakan mata siapa saja yang memandang. Airnya yang jernih dan dingin khas alam pegunungan membuat pengunjung betah berlama-lama bermain dengan air. Sejauh mata memandang terlihat jelas bukit-bukit kecil dan hutan rakyat yang menghijau laksana benteng-benteng alami yang kokoh, tempat ini sangat cocok untuk menyegarkan kembali hati dan pikiran.

Pada hari-hari libur nasional Curug winong menjadi salah satu tujuan utama obyek wisata yang wajib dikunjungi bagi wisatawan ataupun para pecinta alam untuk melepas penat dan menyegarkan kembali lahir dan batin setelah lama beraktifitas. Apalagi dengan biaya tiket yang sangat murah Rp 2000 per orang, sangat murah bukan?. Dengan semakin banyak pengunjung yang datang tentunya menjadi angin segar bagi penduduk sekitar yang banyak membuka warung-warung kecil menjajakan makanan ringan dan minuman. 

Makam Syeikh Ngabdullah Selomanik Populer Sejak Diziarahi Gus Dur

Makam Syeikh Ngabdullah Selomanik populer sejak diziarahi Gus Dur. Sebuah versi cerita menyebutkan bahwa Syeikh Ngabdullah Selomanik adalah keturunan Prabu Brawijaya V Majapahit, putra Raden Bondan Kejawan (Pangeran Lembu Peteng). Namun menurut penuturan dari Kyai Huda (ulama setempat) Syeikh Ngabdullah Selomanik berasal dari Irak. Beliau datang ke lembah Dieng atas permintaan dari sejumlah alim ulama untuk menjaga keseimbangan alam dan menyebarkan agama Islam di lembah Dieng, yang kala itu menjadi pusat peradaban agama Hindu dan Budha di Jawa dan Bali.
 Syeikh Ngabdullah Selomanik bukan Auliya sembarang Auliya, Beliau menyebarkan Islam di lembah Dieng yang ketika itu Masyarakatnya masih kokoh memegang adat-istiadat kepercayaan lama dan kental dengan aura magis, dengan tokoh utamanya Kyai Ageng Kolodete. Namun berkat kesabaran, ketulusan dan keiklasanya dengan dibantu ulama-ulama dari kerajaan Demak Bintoro (yang makamnya berada di pemakaman sigelap Kreo, Kejajar) Syeikh Ngabdullah Selomanik berhasil mengislamkan Kyai Ageng Kolodete, dan menjadikanya seorang juru dakwah yang handal untuk membantu menyebarkan Islam di lembah Dieng yang syarat dengan adat-istiadat kepercayaan lama dan aura magis. Keberhasilan itu terlihat hingga kini mayoritas masyarakat Dieng memeluk agama Islam.
Makam Syeikh Ngabdullah Selomanik terletak di desa Kali lembu, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, berjarak sekitar 26 Km kesebelah utara dari kota Wonosobo. Makam ini menjadi populer dan banyak diziarahi oleh alim ulama dari berbagai kabupaten dan kota di pulau Jawa setelah diziarahi oleh KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Konon ceritanya sebelum menjadi Presiden Indonesia, Gus Dur kerap kali berziarah ke makam Syeikh Ngabdullah Selomanik. Biasanya Gus Dur berziarah malam hari atau dini hari dengan rombongan beberapa mobil, dalam sebulan bisa tiga atau empat kali berziarah.
Setelah menjadi presiden Indonesia, saat suhu politik di Jakarta memanas Gus Dur memilih menenangkan diri dan berziarah selama beberapa hari di makam Syeikh Ngabdullah Selomanik.

Makam Syeikh Ngabdullah Selomanik dipugar pada tahun 2000 dan menjadi destinasi wisata religi unggulan di kanupaten Wonosobo. Apa lagi ketika mengadakan Khaul Syeikh Ngabdullah Selomanik, tak kurang dari puluhan ribu orang yang datang dari berbagai kabupaten dan kota di pulau Jawa memadati area pemakaman Syeikh Ngabdullah Selomanik untuk mendo'akan beliau. Subhanallah 

Sunday 5 April 2015

Pesantren Al Moenawwir Cikal Bakal Pesantren Al Quran

Pesantren Al Moenawwir didirikan oleh KH. M. Moenawir pada tanggal 15 November 1910. Awalnya bernama Pondok Pesantren Krapyak, karena memang terletak di desa Krapyak, Yogyakarta. Pada tahun 1976 nama pondok tersebut ditambah Al Moenawwir, jadi sekarang nama lengkapnya Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Penambahan nama tersebut untuk mengenang jasa-jasa dan perjuangan pendirinya KH. M. Moenawwir.
Pada awal pendirianya Pondok Pesantren Al Moenawwir berkosentrasi pada pengajaran ilmu Al Quran saja, kemudian pada perkembangan selanjutnya setelah diasuh oleh KH. Ali maksum merambah keberbagai disiplin ilmu lainya, khususnya pengajian-pengajian dan pendalaman kitab-kitab kuning. Bukan hanya itu KH. Ali maksum juga merintis pendirian Madrasah Huffadz (sekolah menghafal Al Quran) Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Selain pengajaran ilmu Al Quran, di Madrasah-madrasah ini juga diajarkan ilmu Tafsir, Fiqh, Tauhid, Akidah Akhlak, Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, dan ilmu Hadist sesuai dengan tingkatan madrasah.

Metode pengajaran Al Quran yang digunakan adalah metode bin-Nadzar dan bil ghaib. Sebagai rujukan awal para santri diwajibkan menghatamkan metode pengajaran bin Nadzar dengan baik sebelum menempuh metode pengajara bil ghaib. Metode pengajaran bil ghaib menggunakan beberapa cara, salah satunya yang sering dilakukan adalah, sang Kyai mengikuti santri untuk menghafal ayat, surat atau juz, kemudian santri disuruh menghafal suatu ayat, surat, atau juz dan dilanjutkan santri yang lainya hingga khatam tiga puluh juz. Bagi santri yang sudah khatam metode pengajaran Al Quran bil ghaib disyaratkan harus melakukan Ardloh secara musyafahah sebanyak tiga kali. Cara yang dilakukan biasanya sang Kyai membaca suatu ayat kemudian santri disuruh meneruskan ayat tersebut, jenis surat, letak ayat atau surat dan kedudukanya. Kemudian dilanjutkan dengan penghafalan atau pengkhataman ulang selama empat puluh satu hari berturut-turut.

Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Yogyakarta besar karena keilmuanya dan menjadi rujukan utama bagi para santri yang ingin memperdalam dan menghafal Al Quran. Tercatat dalam sejarah ulama-ulama terkemuka Indonesia pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al Munawwir seperti KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan KH. Mustofa Bisri (Gus Mus).

KH. Abbas Djamil, Kyai Pejuang Kemerdekaan

KH. Abbas Djamil, Kyai pejuang kemerdekaan. KH. Abbas djamil lahir pada hari jum'at 24 Dzulhijah 1300 H/1879 M di desa Pekalangan, Cirebon. KH. Abbas djamil putra sulung dari KH. Abdul djamil, putra KH. mu'tad, menantu Kyai Mukhoyim (pendiri pesantren Buntet Cirebon). 
Pada tahun 1945 pasca pengeboman kota Hirosima dan Nagasaki oleh tentara sekutu membuat pasukan Jepang di Indonesia menjadi lemah dan akhirnya menyerah tanpa syarat terhadap tentara sekutu yang diboncengi oleh Belanda, yang kembali ingin menguasai Indonesia, dan KH. Abbas djamil sebagai pengasuh pondok pesantren Buntet yang selama ini dikenal banyak menelurkan pejuang-pejuang kemerdekaan yang gigih merasa bertanggung jawab untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari ancaman nyata tentara sekutu yang diboncengi oleh Belanda. Oleh karena itu, selain membekali santri-santrinya dengan ilmu agama, Beliau juga mengajarkan ilmu bela diri, kanuragan dan kedigdayaan tujuanya adalah untuk mempersiapkan generasi muda yang tangguh dalam upaya mempertahankan kemerdekaan.

Kembalinya Belanda ke bumi pertiwi memang terbukti, dengan dibantu tentara sekutu, Belanda melancarkan agresi-agresi keberbagai wilayah di Indonesia, kondisi seperti ini membuat tokoh dan pejuang Indonesia mendirikan laskar-laskar dalam rangka menghadapi agresi militer Belanda yang semakin gencar. Salah satu laskar yang dibentuk adalah Barisan Hizbullah. Barisan Hizbullah merupakan kekuatan yang tangguh, berpengalaman dan disegani oleh musuh. Kemampuan dan kekuatan itu diperoleh berkat latihan-latihan berat para anggotanya dalam pendidikan PETA (pembela tanah air) di Cibarusuh, Jawa Barat sewaktu penjajahan Jepang, dan pesantren Buntet ketika itu dijadikan markas pergerakan Barisan Hizbullah untuk menghubungkan pejuang Hizbullah dari Jawa Tengah ke Jawa Barat, begitupun sebaliknya.

Ketika tentara sekutu yang diboncengi Belanda mendarat di kota Surabaya dan mengibarkan panji-panji penjajahan, para pejuang Surabaya yang diwakili oleh Bung Tomo segera berkoordinasi dengan KH. Hasyim asyari untuk meminta do'a restu dimulainya perlawanan terhadap tentara sekutu Inggris yang diboncengi oleh Belanda, namun KH. Hasyim asyari menyarankan agar perlawanan rakyat itu jangan dimulai sebelum KH. Abbas djamil datang. Hingga akhirnya KH. Abbas djamil dan Barisan Hizbullah dari Cirebon datang untuk membantu pejuang Surabaya mengusir tentara sekutu Inggris. Yang dikemudian hari dikenal dengan peristiwa 10 November 1945.

Bukan hanya itu KH. Abbas djamil dan Barisan Hizbullah beberapa kali terlibat pertempuran yang sengit dengan penjajah Belanda seperti di Jakarta, Bekasi dan Cianjur. KH. Abbas djamil berjuang mengusir penjajah hingga akhir hayatnya, Beliau wafat pada 1 Rabiul awal 1365 H/ 1946 M dan dimakamkan diarea pemakaman pondok pesantren Buntet, Cirebon. Meski waktu terus berlalu dan zaman sudah berubah namun namanya tetap harum dikenang rakyat sebagai Kyai pejuang kemerdekaan yang gigih.

Friday 3 April 2015

KH. Ali Maksum Perintis Pesantren Modern

KH. Ali maksum perintis pesantren modern. KH. Ali maksum lahir di Rembang 15 Maret 1915 dari pasangan KH. Maksum dan Nyai Nuriyah. KH. Ali maksum terlahir dari keluarga ulama, Beliau memiliki trah atau garis keturunan dari Sayyid Abdurrahman (Pangeran Kusumo) bin Pangeran Muhammad syihabudin digdaningrat (Mbah Sumbu). Pendidikan dasar KH. Ali maksum diawali belajar Al Quran dari ayahmya, setelah lancar baca tulis Al Quran Ali maksum kecil dikirim oleh ayahnya ke Pekalongan untuk belajar pada Kyai Amir. Setelah beberapa tahun nyantri di Pekalongan atas restu dari sang ayah, Ali maksum melanjutkan kepesantren Termas, Pacitan, Jawa timur untuk nyantri pada KH. Dimyati. Pada masa itu pesantren Termas merupakan salah satu pesantren besar yang banyak menelurkan alim ulama di pulau Jawa.

Dipesantren Termas, dengan dibimbing KH. Dimyati Ali maksum secara intensif belajar fathul muin, minhaj al qawim, Al asybah wa al nazhair, Jam'al jawami, Alfiah Ibn Malik, Tafsir Jalalain, Shahih ri Muslim dan Ihya ulumuddin. Selain itu Aki maksum juga menyempatkan membaca buku karangan pembaharu islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Karena kegemaranya memahami dan membaca kitab- kitab, tak pelak jika Ali maksum memiliki kelebihan-kelebihan bila dibandingkan santri-santri lainya, oleh karena itu beliau dikenal dengan sebutan Munjid (kamus berjalan).
Setelah delapan tahun belajar dipesantren Termas Ali maksum berkesempatan menunaikan ibadah haji, selagi masih ditanah suci, Ali maksum menyempatkan untuk berguru pada ulama-ulama besar Mekkah seperti Sayyid Alwi al maliki al hasani, Syeikh Umar hamdan dan Syeikh Hamid manan. Selama tiga tahun KH. Ali maksum belajar secara tabarukan pada ulama-ulama tersebut. 

Sepulang dari Mekkah KH. Ali maksun mengembangkan pesantren AL Hidayah yang dirintis oleh ayahnya, karena pada masa itu sedang berkecamuk perang kemerdekaan dan banyak santri-santri yang pulang tidak kembali lagi kepesantren. Saat usianya sudah layak memasuki jejnjang pernikahan atas restu dari ayahnya, KH. Ali maksum dinikahkan dengan Nyai Hasyimah putri KH. M. Moenawwir Krapyak. Setelah hampir dua tahun KH. Ali maksum mengembangkan pesantren Al Hidayah dan sudah mulai terlihat hasilnya, keluarga besar dari pesantren Krapyak justru meminta KH. Ali maksum untuk mengasuh pesantren Krapyak, setelah wafatnya KH. M. Moenawwir.

Setelah menjadi pengasuh pesantren Krapyak, KH. Ali maksum tidak mengubah ciri khas pesantren Krapyak yang merupakan pesantren Al Quran, justru KH. Ali maksum menambahkan dengan mengadakan pengajian-pengajian kitab dan mendirikan madrasah-madrasah sesuai dengan tingkatan siswa-siswi diantaranya madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.
Dengan metode pembelajaran sesuai dengan tingkatan siswa-siswi tentunya memudahkan siswa-siswi untuk mempelajari keilmuan atau materi pelajaran sesuai dengan tingkatanya.
KH. Ali maksum wafat di Yogyakarta pada usia 74 tahun dengan meninggalkan nama harum dan jejak pendidikan peantren modern di Indonesia.