Monday 30 March 2015

KRT Selomanik Pendiri Kadipaten Selomanik

KRT Selomanik pendiri Kadipaten Selomanik. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Selomanik adalah seorang pejuang kemerdekaan yang gigih menentang penjajahan kolonial Belanda ditanah Jawa. Ketika Pangeran Diponegoro mengobarkan semangat jihad fii sabilillah atau perang suci melawan segala bentuk penindasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan kolonial Belanda terhadap rakyat pribumi. KRT Selomanik pasang badan untuk membela perjuangan Pangeran Diponegoro dan menghimpun kekuatan dengan mendirikan Kadipaten Selomanik dilereng gunung Lawang, Kaliwira, Wonosobo. Dengan dibantu KPH Balitar I, Ki Bangkong reang, Ki Djodo toko, Ki Branjang kawat, Ki Udan memes, dan Ki Jebret. KRT Selomanik mengumpulkan para pejuang dan rakyat pribumi untuk dididik menhadi prajurit yang tangguh dalam rangka menentang dan mengusir penjajahan Belanda yang semakin merajalela dan sewenang-wenang.

Dalam setiap oprasi militer terhadap kolonial Belanda, KRT Selomanik juga berkoordinasi dengan KRT Jogonegoro (Selomerto), KRT Wiroduto (Sapuran), KRT Kerto waseso (Kalibawang), KRT Setjonegoro (Ledok) untuk menghimpun kekuatan dan strategi yang jitu. Sehingga tak ayal dengan bergabungnya senopati-senopati Pangeran Diponegoro membuat konsentrasi kolonial Belanda terpecah dan kesulitan untuk menguasai wilayah Wonosobo.
KRT Selomanik dan prajuritnya beberapa kali terlibat peperangan yang sengit dengan penjajah Belanda, seperti peperangan di Kaliwira, Sapuran dan di Kertek untuk menghadang pasukan Belanda yang datang dari Temanggung dan Purworejo.

Perjuangan KRT Selomanik tidak hanya sebatas di kabupaten Wonosobo, Beliau juga menghimpun kekuatan diwilayah Banjar negara untuk menutup akses Belanda melalui sungai Serayu. Petilasanya pun masih terawat dengan baik dipinggir sungai Serayu Banjar negara. Selain dikenal sebagi seorang pejuang kemerdekaan yang gigih, KRT Selomanik juga dikenal sebagai seorang muslim yang taat dan memiliki suara merdu saat membaca Al Quran. KRT Selomanik berjuang mengusir penjajah hingga akhir hayatnya, Beliau dimakamkan di desa Selomanik, Kecamatan Kaliwira, Kabupaten Wonosobo. Hampir setiap hari ada peziarah yang datang, apalagi pada malam-malam tertentu seperti malam Jum'at kliwon, peziarah yang datang dari berbagai kabupaten dan kota di pulau Jawa. Menurut cerita Bapak Khoirudin (juru kunci makam) bahkan mantan presiden SBY juga pernah berziarah ke makam KRT Selomanik sebelum menjadi Presiden. 

Buah Pisang Dan Kandungan Gizi

Buah pisang dan kandungan gizi. Buah pisang adalah tanaman yang hidup didaerah yang beriklim tropis. Buah pisang diyakini berasal dari Amerika tengah. Konon ketika baru diketemukan buah pisang menjadi makanan mewah yang dikususkan bagi Raja-raja dan kaum bangsawan di Eropa. Kini seiring dengan perkembangan zaman dan semakin banyak negara-negara yang mengembangkan tanaman pisang, buah pisang bukan menjadi makanan yang mewah lagi dan sudah menjadi konsumsi rakyat sehari-hari.

Buah pisang merupakan salah satu sumber terpenting untuk mensuply gizi bagi tubuh manusia, karena didalam  buah pisang terkandung zat-zat yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Bahkan kalangan ahli kesehatan mengatakan bahwa buah pisang merupakan buah dengan kandungan nutrisi terlengkap nomer satu. Selain mengandung karbohidrat sebagai sumber tenaga, buah pisang juga mengandung kalium yang dapat membatasi naiknya tekanan darah dalam tubuh. Buah pisang juga sudah teruji mengandung vitamin A, B dan C. Bahkan satu buah pisang dipercaya dapat memenuhi seperempat vitamin C bagi anak kecil. Artinya. setiap hari anak-anak kecil cukup mengkonsumsi empat buah pisang untuk mencukupi kebutuhan vitamin C. Buah pisang juga mengandung zat gula alami dan bebas kolestrol sehingga mengkonsumsi buah pisang setiap hari tidak menyebabkan kegemukan karena tidak mengandung kolestrol.

Jadi buah pisang sangat banyak kandungan gizinya terdiri dar Karbohidrat, lemak, protein, serat, mineral dan vitamin yang kesemuanya sangat bermanfaat bagi manusia. Dengan mengkonsumsi buah pisang setiap hari, sudah mencukupi gizi minimal yang diperlukan tubuh manusia. 

Al Khawarizmi Persembahan Ilmu Astronomi Dan Geografi

Al Khawarizmi persembahan ilmu Astronomi dan Geografi. Al Khawarizmi lahir di Uzbekistan, jauh-jauh hari sebelum tentara Uni Soviet menganeksasi Uzbekistan pada tahun 1837. Pada masa itu Uzbekistan tumbuh dan berkembang menjadi negara islam yang penduduknya hidup makmur. Kemudian Al Khawarizmi dan orang tuanya pindah ke Baghdad, Irak pada masa pemerintahan Khalifah Makmun Al Rasyid (813-833). Kota Baghdad yang waktu itu tumbuh dan berkembang  sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan dunia, ternyata sangat tepat untuk mendukung proses belajar-mengajar bagi Al Khawarizmi.

Di kota Baghdad ini pula Al Khawarizmi memulai berexperiment atau uji coba terhadap temuan-temuanya yang brilian dibidang Astronomi (ilmu perbintangan). Kemudian Beliau menerbitkan buku yang berjudul Zij as sindhind. Buku ini berisi tentang ilmu perhitungan penanggalan, perhitungan tata letak matahari, bulan dan planet-planet secara benar. Buku ini juga berisi tentang peredaran benda-benda angkasa, astrologi, perhitungan gerhana bulan dan matahari. Dibawah pemerintahan Khalifah Makmun Al Rasyid yang membuka ruang selebar-lebarnya bagi para ilmuwan untuk mengembangkan keilmuanya tidak disiasiakan oleh Al Khawarizmi untuk mengembangkan disiplin ilmu Geografi. Pada disiplin ilmu Geografi Al Khawarizmi banyak membantah pendapat-pendapat dari ptolemaois (filusuf Yunani) yang mengatakan bentuk bumi tidaklah bulat. Untuk membuktikan pendapatnya Al Khawarizmi menerbitkan sebuah buku yang berjudul Surat al ard (bentuk bumi) dan membuat Globe (bola dunia ) pertama. Buku surat al ard berisi tentan bagian-bagian belahan bumi yang dihuni oleh manusia.

Pada perjalanan sejarah berikutnya karya-karya Al Khawarizmi yang brilian banyak diterjemahkan dalam bahasa Latin, Spanyol maupun Inggris sehingga tidaklah mengherankan bila dikemudian hari para ilmuan-ilmuan barat lebih menguasai dalam mengadopsi teori-teori yang dikembangkan ilmuan-ilmuan islam pada zamanya.

Tuesday 24 March 2015

Candi Bongkotan Warisan Dinasti Syailendra

Candi Bongkotan warisan Dinasti Syailendra. Situs candi Bongkotan diketemukan pada tahun 1996, situs yang berada di dusun Bongkotan, desa Boja sari, kecamatan Kertek, kabupaten Wonosobo tepatnya dihutan rakyat milik Bapak Muhammad zaini yang kemudian digali oleh masyarakat dusun Bongkotan dan ditemukan bebatuan candi yang berserakan, ditemukan pula bagian-bagian candi yang masih berbentuk seperti artefak, arca, yoni, lingga dan guci.
Menurut cerita Bapak Muhammad zaini, dulu di desa Bongkotan pernah tinggal seorang tokoh masyarakat yang berpengaruh dan dituakan di kecamatan Kertek yang bernama Kyai Bongkot. Kemudian Kyai Bongkot membuat pemukiman penduduk yang diberinama Bongkotan.

Konon pada zamanya, di dusun Bongkotan dijadikan pusat kajian spiritual dan petilasanya pun masih ada dan terawat dengan baik.
Menurut penelitian Badan  Arkeologi provinsi Jawa temgah dan DIY, dilikat dari struktur bebatuan candi, candi Bongkotan lebih tua bila dibandingkan dengan candi Dieng. Candi Bongkotan dibangun pada zaman kerajaan Mataram kuno, pada masa pemerintahan Dinasti Syailendra. Diperkirakan pusat kerajaan Mataram kuno berada di lereng gunung Sindoro kemudian pindah ke dataran tinggi Dieng dan membuat peradaban candi-candi di Dieng sebagai sarana pemujaan Dewa-dewa yang mereka yakini dan membuka pemukiman penduduk di Liyangan (Temanggung). Hingga kini situs Liyangan masih digali dan diteliti oleh Badan Arkeologi provinsi Jawa engah dan DIY. Lalu pindah lagi ke Jawa timur untuk menghindari serangan musuh dan letusan gunung berapi.

Hingga kini masyarakat dilereng gunung Sindoro masih sering menemukan bebatuan candi, arca, yoni maupun lingga disekitar area ladang dan persawahan mereka. Salah satunya adalah situs candi Bongkotan, saksi sejarah kebesaran Dinasti Syailendra pada zamanya.  

Monday 23 March 2015

Jambu Biji Merah Penangkal Demam Berdarah

Jambu biji merah penangkal demam berdarah. Nyamuk akhir-akhir ini menjadi buah bibir dan membuat panik banyak orang. Ratusan bahkan ribuan orang menjadi korban demam berdarah karena gigitanya yang menularkan virus dengue. Rumah sakit dan Puskesmas kebanjiran pasien, para dokter dibuat kerja ekstra dan super sibuk, bahkan para pejabat dibuat pusing, mencari solusi jitu agar DBD tidak mewabah luas.
Penyakit yang ditimbulkan dari inveksi virus dengue lewat gigitan nyamuk Aedes aegyti memang begitu cepat mewabah dan menyebar luas dengan gejala-gejala awal yang nyaris sulit terdeteksi. Wajar saja bagi orang yang terkena gigitan nyamuk Aedes aegypti maka daya tahan tubuhnya menjadi lemah karena cairan trombosit didalam tubuh akan berkurang dan menurun secara drastis dan bila tidak segera mendapat pertolongan bisa berujung pada kematian.

Hingga kini belum diketemukan obat secara spesifik yang bisa mengobati penyakit DBD ini. Para ahli yang kompeten dibidangnya berupaya melakukan penelitian dan berexperiment atau uji coba terhadap beberapa tanaman herbal. Dan hasilnya, buah jambu biji merah berpotensi menurunkan dan mengobati  virus dengue demam berdarah. Karena buah jambu biji merah mengandung vitamin C yang sangat tinggi, bahkan kandungan vitamin C yang terdapat pada buah jambu biji merah berkali-kali lipat lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan vitamin C yang terdapat pada buah jeruk.

Lazimnya cara yang dilakukan masyarakat, dengan membuat jus jambu biji merah dan diminum secara continue atau sesuai petunjuk dokter. Jus jambu biji merah diketahui dapat menghambat pertumbuhan virus dengue dan meningkatkan trombosit dalam jumlah yang besar. Dengan meningkatnya trombosit didalam tubuh, maka daya tahan tubuhnya juga akan menjadi kuat dan virus dengue yang menyerang bisa segera sirna. 

Air Jamur Solusi Obat Mata

Air jamur solusi obat mata. Jamur merupakan tanaman yang sudah dikenal sejak lama mengandung zat-zat yang dibutuhkan tubuh manusia. Bahkan orang-orang Yunani kuno meyakini bahwa mengkonsumsi jamur bisa membuat seseorang menjadi lebih sehat dan kuat. Jamur biasanya tumbuh dengan sendirinya dimusim penghujan, pada musim ini banyak kita jumpai jamur tumbuh subur diberbagai tempat.

Taukah Anda, ternyata jamur selain mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia juga berfungsi sebagai obat mata. Bagi Anda yang selama ini alergi terhadap obat-obatan modern seperti obat tetes mata dan sejenisnya, tentu fungsi air jamur sebagai obat herbal sangat baik sekali. Apa lagi cara pemanfaatanya pun sangat mudah dan tidak memerlukan bahan-bahan lain untuk dicampur. Cukup dengan menguliti jamur, agar kotoran- kotoran yang menempel pada jamur hilang dan mencucinya hingga bersih kemudian jamur dimasak setengah matang. setelah itu airnya diperas dan langsung bisa dimanfaatkan.
Air jamur dipercaya dapat membersihkan kelopak mata dari berbagai kotoran yang diakibatkan debu, asap atau pun benda kotoran lainya, menguatkan kelopak mata dan mempertajam penglihatan.

Sebuah ensiklopedi atau penelitian menunjukan bahwa jamur mengandung protein 9%, lemak 1%, zat tepung dan bahan gula 13%, fosfor, potasium, sodium, kalsium dan asam amonia yang semuanya berupa zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia.
Tentu tidak semua tanaman jamur bisa dikonsumsi atau dijadikan obat , jamur yang baik untuk dikonsumsi ataupun dijadikan obat adalah jamur yang masih segar,tidak terlalu kering, berwarna gelap. sedangkan jamur yang terlalu kering dan berwarna terang biasanya mengandung racun. Alangkah baiknya jika ingin nmemanfaatkan jamur sebagai media obat meminta resep atau petunjuk dari dokter agar terhindar dari jamur yang mengandung racun.

Telaga Menjer Keindahan Berbalut Kedamaian

Telaga Menjer keindahan berbalut kedamaian. Telaga Menjer terletak didusun Maron, desa Menjer, kecamatan Garung, kabupaten Wonosobo. Telaga Menjer terbentuk akubat letusan vulkanik gunung Pakuwaja. Awalnya mata air di Telaga Menjer hanyalah beberapa mata air kecil disekitar Telaga Menjer dan curah hujan. Hingga pada masa penjajahan Belanda berniat membuat pembangkit listrik tenaga air (PLTA) untuk memenuhi kebutuhan listrik di Wonosobo bagian utara. Maka dibendunglah sebagian sungai Serayu yang berada didesa Jengkol, melalui terowongan bawah tanah sepanjang 7 Km untuk dialirkan ke Telaga Menjer. Untuk mengalirkan nair dari Telaga menjer menuju PLTA dibendung sebagian telaga dan dibawahnya dipasangi pipa dengan diameter 3m menuju PLTA.

Telaga Menjer yang berada diketinggian 1300 meter dari permukaan air laut, dengan luas 70 Ha dan kedalaman 45 m terdapat pepohonan pinus disekitar telaga yang rimbun dan menghijau, bukit-bukit yang memagari telaga laksana permadani maha luas nan elok, udara yang sejuk dan suasana alam pedesaan yang asri membuat siapa saja ingin berlama-lama tinggal disana. Lokasi ini sangat cocok untuk melepas penat, menyegarkan fikiran dan mendamaikan hati siapa saja yang memandang.

Wisata Telaga Menjer juga menyediakan jasa prahu-prahu kecil, diperuntukan bagi Anda yang ingin mengelilingi sudut-sudut telaga menjer yang alami menggunakan prahu. Selain itu Telaga Menjer juga dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk menambah penghasilan dengan membudidayakan perikanaan tawar. 

Tuk Bhima Lukar Hulu Sungai Serayu

Tuk Bhima Lukar hulu sungai Serayu. Sungai Serayu merupakan sungai terpanjang kedua di Jawa tengah, setelah sungai Bengawan Solo. Panjang sungai Serayu sekitar 181 Km dan melintasi lima kabupaten di Jawa tengah. Kabupaten Wonosobo, Banjar negara, Purbalingga, Banyumas dan bermuara dilaut selatan Jawa Cilacap. Tak dinyana sungai Serayu ini ber hulu di dataran tinggi Dieng, berupa sumber mata air dilereng gunung Prahu yang oleh masyarakat Dieng disebut Tuk Bhima Lukar. Tuk Bhima Lukar ini mengalir kearah barat daya dan memiliki beberapa anak sungai diantaranya sungai Begaluh, sungai Tulis, sungai Merawu dan sungai Klawing. Keberadaan tuk Bhima lukar di dataran tinggi Dieng dikaitkan dengan sosok Bhima (Werkudara) salah seorang anggota pendawa lima dalam cerita pewayangan.

Menurut cerita yang beredar dimasyarakat Dieng, bahwa suatu hari Pandawa lima dan Kurawa berlomba untuk membuat sungai. Sebelum membuat sungai, pihak Pandawa lima yang diwakili oleh Bhima melakukan meditasi untuk memohon petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah beberapa lama bermeditasi sang Bhima pun mendapatkan petunjuk agar membuat sungai dalam keadaan lukar atau tidak memakai busana, kemudian menggali tanah dan nantinya akan muncul sumber mata air yang akan terus mengalir walau dimusim kemarau. Sang Bhima pun melakukan petunjuk yang diterimanya saat bermeditasi dan berhasil memenangkan perlombaan. Setelah sungai berhasil dibuatnya, sang Bhima pun berkeinginan melihat sungainya dan tanpa disengaja Bhima melihat seorang gadis cantik sedang mandi di sungai yang baru selesai dibuatnya. Sang Bhima pun terpana dan berkata sira ayu (kamu cantik). Konon kata itulah yang dikemudian hari menjadi cikal-bakal nama sungai Serayu.

Tidak sulit menemukan Tuk Bhima Lukar, Tuk Bhima Lukar terletak dipinggir jalan raya Wonosobo-Dieng, disebelah kanan gapura yang akan memasuki kawasan Dieng.
Tuk Bhima Lukar terdiri dari tiga undakan, undakan bagian atas merupakan tempat munculnya sumber mata air dari dalam tanah dan disakralkan atau disucikan, dibawahnya terdapat kolam kecil untuk menampung air, dan diundakan ketiga terdapat dua pancuran yang terbuat dari batu candi(Jaladwara) yang masih berfungsi dengan baik. Dipancuran inilah biasanya pengunjung mencuci muka atau mandi. Ada kepercayaan secara turun-temurun dimasyarakat bahwa cuci muka dan mandi ditempat ini diyakini akan membuat awet muda.  

Sajak Cinta Ala Pesantren

Bagi Anda yang pernah belajar di pesantren, khususnya di Jawa tengah tentu tidak asing dengan sajak ini. Atau Anda yang pernah belajar ilmu Nahwu tentu paham dan mengerti maksut sajak ini.

Saat itu aku bagaikan isim mufrod, tunggal hanya sendiri. seperti hal nya kalimah huruf, sendiri tak bermakna. Laksana fi'il lazim, mencinta namun tidak ada yang dicinta. Tak mau terpuruk dan terdiam, aku harus menjadi mubtada, memulai sesuatu. Menjadi seorang fa'il yang berawal dari fi'il. Tapi aku seperti fi'il mudhori alladzi lam yattasil sya'i, mencari sesuatu namun tidak bertemu sesuatu pun diakhir.

Berjumpa dengan mu adalah sebuah khobar muqoddam, sebuah kabar yang tak didangka. Aku pun menjadi mubtada muakkor, perintis yang kesiangan.
Aku mulai dengan sebuah kalam, dari susunan beberapa lafadz yang mufid terkhusus untuk dirimu dengan penuh makna, dan dari sinilah semua bermula. Aku dan kamu bagaikan idzofah. Aku mudzof, kamu mudzof ilaih, tak dapat dipisahkan.

Cintaku padamu berirob ro'fa, tinggi. Bertanda dhomah, bersatu. Cinta kita bersatu mencapai derajat yang tinggi.
Saat-saat mengejar cintamu, aku hanyalah isim ber irob nashob, susah payah. Bertanda fatah, terbuka. Hanya dengan bersusah payah maka jalan itu akan terbuka.
Setelah mendapatkan cintamu, tak mau aku seperti isim yang kofdh, hina dan rendah. Bertanda kasroh, tercerai-berai. Jika kita berpecah-belah tak bersatu maka rendahlah derajat cinta kita.

Karenanya akan ku jaga cinta ini, layaknya isim ber irob jazm, penuh kepastian. Bertanda dengan sukun penuh ketenangan. Akan kita gapai cinta yang penuh damai saat semua terikat dengan kepastian tanpa ragu-ragu.

Friday 20 March 2015

KRT Jogonegoro Penguasa Selomerto

Berdasarkan catatan sejarah Kabupaten Wonosobo, KRT Jogonegoro lahir pada hari Minggu wage 1675 yang nama aslinya Singowedono. Singowedono adalah cucu dari Kyai Karim yang membuka pemukiman penduduk di Kalibeber, Wonosobo. Pada perjalanan sejarah berikutnya Singowedono mengabdidi di kerajaan Mataram pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II. Singowedono dikenal mumpuni dalam ilmu kanuragan dan kedigdayaan juga piawai dalam ikmu pemerintahan. Karena kemampuanya diatas rata-rata Singowedono diangkat menjadi kepala prajurit yang aktif dalam berbagai medan operasi.
Ketika perang Jawa berkobar dibawah pimpinan Pangeran Diponegoro, Singowedono diangkat menjadi Tumenggung yang bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jogonegoro dan diberi tugas untuk menjaga dan mengayomi daerah strategis perbatasan karisdenan Kedu dan Banyumas yang berkedudukan di Selomerto dengan dibantu Kyai Polanggeni, Kyai Songgo geni, Kyai Guntur geni dan Kyai Nurizal.

 Beliau juga menjadi semacam koordinator wilayah senopati-senopati Pangeran Diponegoro yang berada di Karisdenan Kedu dan Banyumas. Setiap target operasi maupun serangan gerilya yang dilancarkan terhadap penjajah Bekanda harus mendapat restu dan dukungan KRT Jogonegoro. Semua itu dikarenakan KRT Jogonegoro paling sepuh atau tua diantara Tumenggung-tumenggung lainya diwilayah Kedu dan Banyumas. Tentunya Beliau sudah banyak berpengalaman tentang bagaimana cara menghadapi penjajah Belanda dan menyusun strategi yang tepat.

Untuk menjaga eksistensinya KRT Jogonegoro mendirikan Kadipaten di Plobangan, Selomerto dalam rangka menyusun kekuatan dan menghadang pasukan Belanda yang ingin masuk kekarisdenan Banyumas melalui jalur tengah. KRT Jogonegoro gigih  berjuang mengusir penjajah Belanda hingga akhir hayatnya, beliau dimakamkan di desa Pakuncen, Selomerto. Setelah wafat peranan KRT Jogonegoro sebagai penguasa Selomerto digantikan oleh KRT Setjonegoro yang dikemudian hari memindahkan pusat pemerintahan dari Selomerto ke kota Wonosobo yang sekarang.

Maha Karya Empu Supo Pesan Damai Dari Wonosobo



Maha karya Empu Supo pesan damai dari Wonosobo. Raden Qosim atau Empu Supo adalah seorang empu yang dikenal piawai dalam menempa besi-besi tua menjadi bilahan-bilahan dapur keris berkualitas tinggi. Menurut sejarahnya yang panjang Empu Supo adalah murid Kanjeng Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga, kemudian Empu Supo menikah dengan adik Sunan Kalijaga yang bernama Dewi Rosowulan. Diantara karya-karya Empu Supo yang legendaris sepeti keris dapur Kyai Sengkelat, keris Nogososro Sabuk Inten, keris Kyai Carubuk dan keris Brongot Setan Kober.

Keahlianya dalam membuat keris berkualitas tinggi sampai ditelinga Prabu Brawijaya V Majapahit, kemudian sang Prabu meminta Empu Supo untuk meembuatkan keris sebagai piandel bagi kerajaan Majapahit dan Empu Supo pun menyanggpinya. Setelah mejalani laku tirakat yang panjang akhirnya Empu Supo pun mendaptkan petunjuk untuk membuat keris kecil berbentuk indah dan memiliki energi yang dahsyat, berdapur Kyai Sengkelat. Konon ceritanya berlokasi di desa Sedayu kecamatan Sapuran, kabupaten Wonosobo Empu Supo memulai prosesi pembuatan keris dapur Kyai Sengkelat. Dapur Kyai Sengkelat bukan keris sembarangan, keris dapur Kyai Sengkelat nantinya akan menjadi piandel kerajaan Majapahit, oleh karena itu bahan baku yang digunakan adalah besi berkualitas dan tata cara pembuatnya pun harus sejalan dengan kaidah-kaidah tertentu. Ahirnya dengan kesabaranya, keelitian, kecermatan dan riyadhoh panjang yang dilakukanya keris dapur Kyai Sengkelat berhasil dibuatnya.

Akan tetapi sebelum diserahkan kepada Prabu Brawijaya, keris dapur Kyai Sengkelat dicuri oleh salah seorang pasukan teliksandi kadipaten Blambangan (Banyuwangi) yang bernama Pakis cluring untuk diserahkan kepada Adipati Blambangan.
Sementara itu Empu Supo yang merasa kehilangan kerisnya bertekat untuk mencari dan membawa kerisnya pulang. Dengan menyamar sebagai pengemis, Empu Supo mulai berkelana pergi keberbagai daerah untuk mencari kerisnya yang hilang. Hingga pada suatu waktu beliau mendengar kalau kerisnya yang hilang ada di Kadipaten Blambangan. Setelah memastikan kerisnya yang hilang ada di Kadipaten Blambangan, Empu Supo pun tinggal beberapa lama disana sambil mencari saat dan waktu yang tepat untuk membawa kerisnya pulang ke Wonosobo. Hingga pada suatu hari, Empu Supo mendengar bahwa Adipati Blambangan mengadakan sayembara. Bagi siapa yang mampu membuat kembaran keris dapur Kyai sengkelat akan dihadiahi bumi separuh semangka Blambangan dan akan dinikahkan dengan putri Kadipaten Blambangan. Syembara itu dengan cepat menyebar keseantero Kadipaten Blambangan, banyak para Empu-empu yang bergegas mengikuti sayembara termasuk Empu Supo yang berpenampilan seperti pengemis. Kehadiran Empu Supo rupanya diremehkan sang Adipati karena penampilanya tidak mencerminkan seorang Empu. Akhirnya Empu Supo diberi kesempatan untuk membuat keris, dibawa keruangan khusus, diberi besi dan keris dapur Kyai Sengkelat yang asli sebagai contoh. Dengan kesaktian yang dimilikinya keris dapur Kyai Sengkelat yang asli dimasukan kekulit lengannya dan besi pemberian Adipati dipotong menjadi dua untuk dibuat dua keris kembar seperti keris dapur Kyai Sengkelat yang asli.
Kemudian kedua keris kembar itu diserahkan kepada Adipati, Adipati merasa senang dan menepati janjinya karena Empu Supo dianggap mampu membuat keris kembaran dapur Kyai Sengkelat. Pada perjalanan sejarah berikutnya Empu Supo diberi tanah separuh semangka Blambangan dan dinikahkan dengan putri Adipati, dari pernikahan itu melahirkan seorang putra bernama Supandria.

Menurut Pak Iswandi, juru kunci petilasan Empu Supo bahwa didesa Sedayu terdapat tiga peninggalan Empu Supo. Peilasan, yang dulu katanya rumah tempat tinggal Empu Supo. Bambu rengkol, lokasi dimana Empu Supo membuat keris. Tuk atau sumber air, digunakan Empu Supo untuk mencuci keris-kerisnya. 

Thursday 19 March 2015

Ki Ageng Wonosobo Pangeran Majapahit

Ki Ageng Wonosobo Pangeran Majapahit. Ki Ageng Wonosobo atau nama aslinya Syeikh Ngabdullah atau Raden Dukuh atau di desa Wonosobo,Plobangan dikenal dengan nama Ki Wanuseba adalah seorang pangeran dari kerajaan Majapahit. Ki Ageng Wonosobo diyakini sebagai seorang Waliullah yang telah melalang buana keberbagai daerah dalam rangka syiar islam. Beliau juga dikenal sosok yang karismatik, berwibawa juga mumpuni dalam ilmu pemerintahan.
Silsilah dari Ki Ageng Wonosobo, bermula dari Prabu Brawijaya V Majapahit mempunyai putra Raden Bondan Kejawan yang menikah dengan Dewi Nawangsih putri Ki Jaka Tarub. dari penikahan itu melahirkan tiga orang putra-putri , dimana ketiga putra-putri Beliau menjadi tokoh masyarakat dan ulama yang menyebarkan agamaislam didaerahnya masing-masing.

Ki Ageng Wonosobo, menyebarkan agama islam di Wonosobo.
Ki Ageng Getas Pendowo, menyebarkan islam didaerah Grobogan
Nyai Ageng Ngerang, menyebarkan islam didaerah Tambak romo, Pati.
Salah seorang keturunan dari Ki Ageng Wonosobo, Ki Juru Martani juga turut serta mendirikan kerajaaan Mataram islam. Ki Juru  Martani bersama dengan Ki Ageng Pamanahan, Ki Panjawi dan Panembahan Senopati mendirikan kerajan Mataram islam yang berpusat di Yogyakarta.

Panembahan Senopati diangkat sebagai Raja dan Ki Juru Martani dipercaya sebagai Maha patih, karena Beliau ahli dalam strategi  perang dan mumpuni dalam ilmu pemerintahan.
Hingga kini situs makam Ki ageng Wonosobo yang berlokasi di desa Wonosobo, Plobangan, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo terus dilestarikan, dijaga, dirawat dan dihormati oleh warga setempat serta banyak diziarahi oleh alim ulama dari berbagai daerah.

Wednesday 18 March 2015

Dugderan Ala Warga Semarang Menyambut Puasa

Dugderan ala warga Semarang menyambut puasa. Salah satu tradisi budaya masyarakat Semarang yang hingga saat ini masih dipertahankan adalah tradisi Dugderan. Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan yang biasanya diadakan satu minggu sebelum bulan Ramadhan tiba.
Sebelum acara dimulai Wali kota Semarang diberi kehormatan untuk memulai menabuh bedug dan dilanjutkan karnaval keliling ke jalan-jalan protokol dikota Semarang, Masjid Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah. Seluruh peserta karnaval pun menggunakan pakaian adat Jawa, sambil menabuh bedug berulang-ulang, dan ada pula peserta karnaval yang memikul maskot Dugderan yang dinamakan warak ngendog. Warak ngendog ini adalah sejenis mainan binatang bertubuh seperti kambing dan berkepala naga, kulitnya bersisik dan dicat berwarna-warni. Kemudian dibawah mainan binatang itu ada beberapa telur yang menandakan binatang tersebut sedang bertelur atanu ngendog. Menurut ceritanya waktu pertama kali diadakan Dugderan, daerah Semarang sedang mengalami paceklik atau krisis pangan dan telur dilambangkan sebagai makanan mewah ketika itu.

Meskipun acara Dugderan dimulai satu minggu sebelum puasa Ramadhan, tetapi puncak dari tradisi Dugderan berlangsung sehari sebelum puasa, setelah sholat ashar dengan diadakan musyawarah penentuan awal Ramadahan yang dihadiri para alim ulama di kota Semarang. Setelah itu diadakan acara halaqah untuk mengumumkan awal puasa Ramadahan dengan ditandai pemukulan bedug oleh Gubernur Jawa Tengah dan Wali kota Semarang kemudian diakhiri dengan pembacaan do'a.

Tradisi Dugderan pertama kali diadakan pada masa pemerintahan Tumenggung Aryo Purboningrat. Pada masa itu terjadi perbedaan pendapat dikalangan masyarakat Semarang mengenai penentuan dimulainya bulan suci Ramadhan, dan untuk menengahi perbedaan itu Tumengggung Aryo Purboningrat mengumpulkan para alim ulama untuk bermusyawarah dan mengadakan acara Dugderan untuk menyeragamkan awal dimulainya puasa Ramadhan.

Wayang Kulit Sarana Dakwah Sunan Kalijaga

Wayang kulit sarana dakwah Sunan Kalijaga. Pada era tahun 1980-1990 an wayang kulit menjadi salah satu icon budaya Jawa yang sering dipentaskan di Desa-desa di pulau jawa, khususnya di Jawa tengah. Pada masa itu banyak lahir Dalang-dalang baru yang membuat kesenian wayang kulit. Di kota Yogyakarta dan Surakarta sebagai penerus kebudayaan kerajaan Mataram islam juga banyak melahirkan dalang-dalang berkualitas seperti Ki Manteb Sudarsono, Ki Anom suroto, Ki Hadi Sugito dan yang lainya. Tapi sayang seiring dengan geliat perkembangan zaman dan generasi, geliat wayang kulit sebagai salah satu icon budaya Jawa sudah tak terlihat lagi. sekarang di desa-desa anak-anak lebih familiar dengan lagu-lagu orkes dangdut, regge ataupun yang lainya. Barang kali di sekolah-sekolah perlu diajarkan mata pelajaran warisan budaya Indonesia, agar kedepanya warisan budaya Indonesia yang adiluhur tetap terjaga dan lestari.

Menurut saudara AR Kafanjani ahli sejarah Wali songo, wayang kulit pertama kali diciptakan oleh Sunan Kalijaga, ketika itu wayang kulit dipentaskan saat peresmian Masjid agung Demak. Musyawarah dewan Wali sepakat peresmian Masjid Agung Demak dilaksanakan pada hari Jum'at, kemudian diadakan dakwah kepada masyarakat dan dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit dan Sunan Kalijaga ditunjuk sebagai Dalang, dengan lakon Jimat Kalimasada. Pada zaman sebelum Wali songo bentuk wayang masih seperti wayang beber atau bergambar manusia dan wayang jenis ini diharamkan oleh Sunan Giri. Karena diharamkan oleh Sunan Giri, kemudian Sunan Kalijaga membuat Kreasi baru. Bentuk wayang dirubah sedemikian rupa dan digambar atau diukir pada sebuah kulit kambing atau kerbau. Satu gambar adalah satu wayang, berbeda dengan zaman dahulu dimana satu gambar adalah satu adegan. Bentuk wayang yang ditampilkan Sunan Kalijaga tidak bisa disebut gambar manusia, mirip karikatur bercita rasa tinggi. Diseluruh dunia bentuk wayang seperti ini hanya ada dipulau Jawa.

Bukan hanya sebagai pencipta wayang saja, Sunan Kalijaga juga piawai menjadi Dalang. Setelah peresmian Masjid Agung Demak, Beliaulah yang mendalang bagi pagelaran wayang kulit yang diperuntukan untuk menghibur dan berdakwah kepada masyarakat. Lakon yang dibawakan sering kali hasil ciptaanya sendiri seperti Jimat Kalimasada, Petruk Dadi Raja, Dewa Ruci, Wahyu Widayat.
Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota Wali songo. Dalam berdakwah beliau berbeda dengan Wali-wali pada umumnya yang mendirikan pesantren atau surau sebagai tempat mendidik santri-santrinya, namun Sunan Kalijaga lebih memilih berdakwah menggunakan kesenian diantarnya menciptakan lagu-lagu gending Jawa dan pagelaran wayang kulit. Sunan Kalijaga juga suka berkeliling atau mendatangi masyarakat secara langsung dalam berdakwah, Beliau terkenal diseantero pulau Jawa baik dikalangan bangsawan maupun rakyat jelata. Beliau juga dikenal sebagai Syeikh Malaya yaitu mubaligh yang menyebarkan agama Islam sambil mengembara.
Dengan memanfaatkan kesenian yang digandrungi oleh rakyat sebagai media dakwah dan tidak secara frontal menentang adat-istiadat dimasyarakat melainkan memasukan unsur-unsur islami kedalamnya sehingga tidak mengherankan bila cara dakwah yang dilakukan Wali songo , khususnya Sunan Kalijaga mencapai hasil gilang-gemilang, sebagian besar masyarakat Jawa menganut agama islam secara sukarela dan tanpa paksaan.

Tuesday 17 March 2015

Fenomena Anak Berambut Gimbal

Di Kabupaten Wonosobo, khususnya didaerah Dieng banyak dijumpai anak-anak yang berambut gimbal. Rambut gimbal yang menempel bukan merupakan bawaan sejak lahir, tapi bukan pula buatan manusia. Akan tetapi rambut gimbal itu tumbuh dengan sendirinya beberapa bulan setelah sang anak dilahirkan. Awalnya sang anak mengalami sakit panas atau demam selama beberapa hari, biasanya demam itu akan sembuh dengan sendirinya setelah itu akan muncul cikal-bakal rambut-gimbal dikepalanya.

Menurut cerita yang beredar dikalangan masyarakat Dieng dan diyakini kebenaranya secara turun temurun, fenomena anak berambut gimbal adalah titisan dari Kyai Ageng Kolodete. Pada zamanya Kyai Ageng Kolodete adalah penguasa Dieng dan sebagai pengayom tanah Dieng. Hingga saat ini keberadaan situs makam beliau belum ditemukan, sebuah versi cerita menyebutkan bahwa beliau moksa atau berpindah alam dan bersemayam di telaga Balekambang.  Menurut penuturan dari salah seorang Juru kunci Dieng, fenomena anak berambut gimbal ini hanya ada dilereng gunung Sindoro, Soembing, Slamet dan dataran tinggi pegunungan Dieng. Anak-anak berambut gimbal itu harus dijaga, dirawat dan diperlakukan secara baik karena dia titisan dari Kyai Ageng Kolodete, leluhur Dieng, tuturnya.

Rambut gimbal yang menempel itu tidak boleh dipotong secara sembarangan,, rambut gimbal itu boleh dipotong asalkan permintaan dari san anak sudah dipenuhi. Misalnya sang anak meminta sepeda motor, maka orang tuanya wajib membelikan sepeda motor, dan baru setelah itu rambut gimbalnya boleh dipotong. Biasanya prosesi pemotongan rambut gimbal itu dilakukan oleh sesepuh desa yang dituakan, dan sebelumnya diadakan upacara selamatan atau semacam ruwatan agar rambut gimbal yang dipotong tidak tumbuh lagi. kemudian potongan-potongan rambut gimbal itu dilarung di sungai yang bermuara ke laut selatan Jawa.

Candirejo Desa Islam Pertama Di Jawa

Candirejo desa Islam pertama di Jawa. Candi rejo adalah nama sebuah desa dikecamatan Mojotengah, Wonosobo. Tidak dinyana didesa yang terletak dilereng Gunung Sindoro ini menjadi cikal-bakal berkembangnya agama islam dipulau Jawa.
Di Candirejo terdapat situs makam kuno dimana warga desa dan sesepuh desa tidak ada yang mengetahui gerangan jasad siapakah yang dimakamkan disitu.

Pada sekitar tahun 1994 adalah Almaghfurllah KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berkunjung ke Wonosobo dan menemui sahabatnya KH. Chabibullah Idris. Mantan presiden RI yang ketiga itu meminta sahabatnya untuk membantu mencarikan makam seorang Wali sepuh didaerah Candi, Wonosobo. Dengan dibantu KH. Chabibullah Idris dan santrinya Gus Dur memulai perjalanan mencari makam didaerah Candi. Perlu diketahui, di Wonosobo ada banyak nama daerah atau desa yang menggunakan kata Candi, seperti Candi sirunting, Candimulyo,Candiyasan dan sebagainya.
Setelah Menempuh perjalanan panjang dan melelahkan Gus Dur dan rombongan Sampai disebuah desa, dilereng gunung Sindoro bernama Candirejo. Pada tahun 1994 kondisi jalan didesa Candirejo belum sebagus seperti sekarang, akan tetapi tidak menyurutkan semangat Gus Dur untuk menemukan makam Wali sepuh yang dicarinya. Setelah itu Gus Dur berjalan kearah pemakaman umum yang berjarak sekitar 1Km dari desa Candi rejo dengan kondisi jalan bebatuan terjal. Sesampainya di pemakaman umum, benar adanya Gus Dur menemukan makam Wali sepuh yang dicarinya. Wali sepuh yang dimaksut adalah Syeikh Abdullah Qotbudin.

Menurut penuturan dari Gus Dur, Syeikh Abdullah Qotbudin ini berasal dari Iran, Beliau ini adalah pembawa tarekat Naqsabandiyah pertama dipulau Jawa, Beliau menyebarkan agama islam dengan membawa bendera tarekat yang dikemudian hari paling banyak pengikutnya di pulau Jawa. Bahkan diyakini, di Candirejo inilah cikal bakal berkembangnya agama islam dipulau jawa karena kehadiran Syeikh Abdullalh Qotbudin.
Masih menurut Gus Dur, bahwa dahulu Syeikh Abdullah Qotbudin mendirikan pesantren di Candi rejo, tetapi karena tidak mempunyai keturunan lama-kelamaan pesantren yang dirintisnya hancur dimakan usia. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyak ditemukan bebatuan candi disekitar area makam Syeikh Abdullah Qotbudin. Kini keberadaan situs makam Syeikh Abdullah Qotbudin telah dipugar oleh pemerintah Kabupaten Wonosobo, dan dijadikan destinasi pariwisata religi di Kabupaten Wonosobo.

KRT Setjonegoro Bupati Wonosobo Pertama

KRT Setjonegoro bupati Wonosobo pertama. Ketika perang Jawa meletus yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro, Wonosobo menjadi salah satu basis kekuatan utama laskar Pangeran Diponegoro. Dengan kondisi alam yang berbukit-bukit dan masih banyak hutan belantara membuat Senopati-senopati Pangeran Diponegoro memilih Wonosobo untuk menyusun kekuatan dan mengatur strategi perang. Diantaranya adalah KRT Wiroduto yang mendirikan kadipaten di Kali lusi, Sapuran. KRT. Selomanik yang mendirikan Kadipaten di Selomanik, Kali wiro. KRT Jogonegoro sebagai penguasa Selomerto. KRT Kerto waseso dan KRT Setjonegoro di Kali bawang.

Para Senopati-senopati Pangeran Diponegoro di Wonosobo juga terlibat peperangan melawan Belanda, seperti didaerah Plunjaran, Sapuran, Kertek, Ledok dan sebagainya.
Nama asli KRT. Setjonegoro adalah Kyai Muhammad Ngarpah, kiprah Kyai Muhammad ngarpah dalam menumpas penjajahan Belanda dimulai ketika beliau mendapat tugas suci dari Pangeran Diponegoro untuk menghadang dan menumpas pasukan Belanda didaerah Legorok, yang sekarang masuk wilayah Yogyakarta. Dalam pertempuran itu Kyai Muhammad ngarpah yang dibantu oleh Mulyo sentiko dan prajuritnya berhasil menewaskan ratusan serdadu Belanda dan merampas emas lantakan senilai 28000 Golden. Atas keberhasilan tersebut, Pangeran Diponegoro mengangkat Kyai Muhammad ngarpah menjadi Tumenggung dan bergelar KRT. Setjonegoro sebagai penguasa Ledok (Wonosobo).

Dengan segenap potensi yang dimilikinya, KRT Setjonegoro bersama tokoh-tokoh lainya terus aktif membela laskar Diponegoro, dalam pertempuran di Ledok KRT. Setjonegoro mempersiapkan 1000 prajurit terpilihnya untuk menyongsong serangan umum tentara Belanda yang ingin menguasai Ledok. KRT. Setjonegoro juga terlibat pengepungan Benteng Bagelan (Purworejo) dalam pertempuran itu KRT. Setjonegoro dan pasukanya berhasil menewaskan Letjen De bruijn. Selain itu KRT. Setjonegoro juga memimpin peperangan didaerah Delangu, untuk menghadang pasukan Belanda yang datang dari Klaten. Setelah itu KRT. Setjonegoro memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Wonosobo, dari Selomerto kekota Wonosobo yang sekarang dan menjadi Bupati pertama hingga akhir hayatnya. Situs makam beliau berada di dusun Ciledog, desa Dempel, Kecamatan Kali bawang, Kabupaten Wonosobo. Ada pula yang mengatakan bahwa makam beliau ada didaerah Payaman, Magelang.

Untuk mengenang jasa-jasa dan perjuangan Beliau, kini nama beliau diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Wonosobo (RSUD KRT. Setjonegoro)

Mie Ongklok Carica Dan Purwaceng Digemari SBY

Mie ongklok, Carica dan Purwaceng digemari oleh SBY. Mie Ongklok

Mie ongklok adalah mie rebus dibuat dengan racikan dan bahan-bahan khusus dicampur sayuran kol, tahu goreng, kucai dan dicampur dengan kuah kental yang oleh masyarakat Wonosobo disebut loh, biasanya mie ongklok disajikan dengan sate sapi.
Ada yang unik cara pembuatan mie ongklok, alat yang digunakan untuk merebus mie, kol dan kucai menggunakan semacam keranjang kecil yang terbuat dari anyaman bambu. Setelah dimasak menggunakan keranjang kecil tadi mie, kol dan kucai diongklok-ongklok atau dicampur kemudian ditaruh dimangkok dan diguyur kuah kental atau loh. Kuah mie ongklok inilah yang terkenal khas, kuahnya terbuat dari tepung pati, gula jawa dan bahan rempah-rempah. Agar rasanya lebih nikmat mie ongklok ditambahkan bumbu kacang dan ditaburi bawang goreng. Cara penyajian mie seperti ini hanya ada di Wonosobo.
Mie ongklok merupakan makanan khas Wonosobo, mie ongklok mulai dikenal pada era tahun 1960an bermula dari seorang pedagang keliling yang menjajakan mie ongklok disekitar kota Wonosobo. Pada perkembangan selanjutnya mie ongklok mulai masyur dan digemari masyarakat Wonosobo.
Bila Anda berkunjung ke Wonosobo, tidak afdhol rasanya bila tidak mencicipi makahanan khas Wonosobo bercita rasa tinggi ini. Ketenaran mie ongklok juga sudah sampai ditelinga pejabat-pejabat daerah maupun pusat, bahkan mantan Presiden SBY selalu menyempatkan menikmati mie ongklok bila berkunjung ke Wonosobo.

Carica

Carica adalah pepaya gunung yang hidup didataran tinggi 1500-3000 meter diatas permukaan laut, carica berasal dari dataran tinggi Andes, Amerika selatan. Di Indonesia tanaman carica dibawa oleh pemerintah hindia Belanda.
Batang tanaman carica tidak berkayu atau perdu mirip dengan batang tanaman pepaya biasa, buah carica berbentuk lonjong seperti telur dengan ukuran 6-10cm dan berdiameter 3-4cm, buahnya sedikit keras, rasanya asam tetapi harum. Buah carika mengandung kalsium, vitamin A dan C. Di Indonesia tanaman carica banyak ditemukan didataran tinggi Dieng. Okeh masyarakat Wonosobo, buah carica dikembangkan menjadi sirup, manisan dan selai yang banyak dijual di toko-toko penjual makanan khas Wonosobo. Bagi Anda yang selama ini alergi terhadap buah-buahan atau lemah perut, manisan carica bisa dicoba karena memiliki sifat memperbaiki sistem pencernaan dalam tubuh.

Purwaceng

Purwaceng (Pimpinella) adalah tanaman berkhasiat dapat meningkatkan stamina. Tanaman purwaceng banyak ditemukan di dataran tinggi Dieng. Tanaman purwaceng pertama kali ditemukan dipegunungan Alpen, Swiss pada ketinggian 2000-3000 meter diatas permukaan laut.
Wujud fisik tanaman purwaceng berupa semak-semak kecil, merambat diatas tanah, daun berwarna hijau kemerahan dengan diameter 1-3cm.
Menurut ceritanya purwaceng banyak dikonsumsi oleh Raja-raja dan kaum bangsawan dipulau Jawa untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Dalam ensiklopedi yang dilakukan oleh Institut Pertania Bogor (IPB) semua tanaman purwaceng dapat dijadikan obat tradisional , namun yang paling berkhasiat adalah akarnya. Biasanya purwaceng disajikan dalam bentuk bubuk purwaceng, kopi purwaceng da susu purwaceng. Agar mendapatkan khasiat yang nyata, purwaceng harus diminum secara continue minimal 7-15 hari. Didaerah pegunungan yang dingin seperti Wonosobo, purwaceng banyak dikonsumsi terutama untuk menghangatkan tubuh, menambah stamina dan anti biotik terhadap berbagai macam penyakit.

Agro Wisata Perkebunan Teh Tanjungsari

Agro wisata perkebunan teh Tanjungsari melepas penat dilereng gunung Soembing. Agro wisata perkebunan teh Tanjung Sari dibawah naungan PT. Tambi yang merupakan produsen teh kualitas ekspor. Sebagian produknya di ekspor keberbagai negara seperti Amerika, Eropa, Saudi Arabia dan India. Pada awalnya PT. Tambi merupakan perusahaan teh milik hindia Belanda dengan merk dagang Bagelen tea and kina yang berada di Belanda, kemudian membuka kantor cabang di Jakarta dan dikelola oleh NV John peet. Setelah Indonesia Merdeka Bagelen tea and kina dinasionalisasi oleh pemerintah Indonesia dan berganti nama mejadi NV Tambi, dan sekarang berubah menjadi PT. Tambi.

Agro wisata perkebuna teh Tanjung sari terletak di jalan raya Wonosobo-Purworejo didesa Tanjung sari, kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Yang berjarak sekitar 15 Km kearah timur dari kota Wonosobo. Agro wisata perkebunan teh Tanjung sari terbentang dilahan seluas kurang lebih 200 ha. dengan suhu 17-20 derajat celcius. Anda dipastikan betah berlama-lama dan takjub akan keindahan alam yang memukau. Sejauh mata memandang terlihat hamparan perkebunan teh yang menghijau laksana permadani maha luas menyegarkan mata siapa saja yang memandang.
Agro wisata perkebunan teh tanjung sari juga telah dilengkapi sarana dan fasilitas yang memadahi seperti:

Masjid sebagai sarana ibadah.
Camping ground dan Outbond, area yang disediakan bagi anda yang ingin berkemah dan bermalam menggunakan tenda.
Agro wisata perkebunan teh Tanjung sari juga menyediakan sarana perlengkapan camping dan outbond, kebutuhan listrik dan sound system.
Kolam renang, Tea walk area, taman bermain dan restoran.

Dengan adanya fasilitas dan infrastruktur yang memadahi berpadu pada keindahan alam yang menakjubkan, sehingga tidaklah berlebihan jika ada yang mengatakan agro wisata perkebunan teh Tanjung sari menjadi destinasi pariwisata unggulan baru di kabupaten Wonosobo da Jawa tengah.