Wednesday 18 March 2015

Dugderan Ala Warga Semarang Menyambut Puasa

Dugderan ala warga Semarang menyambut puasa. Salah satu tradisi budaya masyarakat Semarang yang hingga saat ini masih dipertahankan adalah tradisi Dugderan. Tradisi ini dilaksanakan dalam rangka menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan yang biasanya diadakan satu minggu sebelum bulan Ramadhan tiba.
Sebelum acara dimulai Wali kota Semarang diberi kehormatan untuk memulai menabuh bedug dan dilanjutkan karnaval keliling ke jalan-jalan protokol dikota Semarang, Masjid Kauman dan Masjid Agung Jawa Tengah. Seluruh peserta karnaval pun menggunakan pakaian adat Jawa, sambil menabuh bedug berulang-ulang, dan ada pula peserta karnaval yang memikul maskot Dugderan yang dinamakan warak ngendog. Warak ngendog ini adalah sejenis mainan binatang bertubuh seperti kambing dan berkepala naga, kulitnya bersisik dan dicat berwarna-warni. Kemudian dibawah mainan binatang itu ada beberapa telur yang menandakan binatang tersebut sedang bertelur atanu ngendog. Menurut ceritanya waktu pertama kali diadakan Dugderan, daerah Semarang sedang mengalami paceklik atau krisis pangan dan telur dilambangkan sebagai makanan mewah ketika itu.

Meskipun acara Dugderan dimulai satu minggu sebelum puasa Ramadhan, tetapi puncak dari tradisi Dugderan berlangsung sehari sebelum puasa, setelah sholat ashar dengan diadakan musyawarah penentuan awal Ramadahan yang dihadiri para alim ulama di kota Semarang. Setelah itu diadakan acara halaqah untuk mengumumkan awal puasa Ramadahan dengan ditandai pemukulan bedug oleh Gubernur Jawa Tengah dan Wali kota Semarang kemudian diakhiri dengan pembacaan do'a.

Tradisi Dugderan pertama kali diadakan pada masa pemerintahan Tumenggung Aryo Purboningrat. Pada masa itu terjadi perbedaan pendapat dikalangan masyarakat Semarang mengenai penentuan dimulainya bulan suci Ramadhan, dan untuk menengahi perbedaan itu Tumengggung Aryo Purboningrat mengumpulkan para alim ulama untuk bermusyawarah dan mengadakan acara Dugderan untuk menyeragamkan awal dimulainya puasa Ramadhan.

No comments:

Post a Comment