Dipesantren Termas, dengan dibimbing KH. Dimyati Ali maksum secara intensif belajar fathul muin, minhaj al qawim, Al asybah wa al nazhair, Jam'al jawami, Alfiah Ibn Malik, Tafsir Jalalain, Shahih ri Muslim dan Ihya ulumuddin. Selain itu Aki maksum juga menyempatkan membaca buku karangan pembaharu islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Karena kegemaranya memahami dan membaca kitab- kitab, tak pelak jika Ali maksum memiliki kelebihan-kelebihan bila dibandingkan santri-santri lainya, oleh karena itu beliau dikenal dengan sebutan Munjid (kamus berjalan).
Setelah delapan tahun belajar dipesantren Termas Ali maksum berkesempatan menunaikan ibadah haji, selagi masih ditanah suci, Ali maksum menyempatkan untuk berguru pada ulama-ulama besar Mekkah seperti Sayyid Alwi al maliki al hasani, Syeikh Umar hamdan dan Syeikh Hamid manan. Selama tiga tahun KH. Ali maksum belajar secara tabarukan pada ulama-ulama tersebut.
Sepulang dari Mekkah KH. Ali maksun mengembangkan pesantren AL Hidayah yang dirintis oleh ayahnya, karena pada masa itu sedang berkecamuk perang kemerdekaan dan banyak santri-santri yang pulang tidak kembali lagi kepesantren. Saat usianya sudah layak memasuki jejnjang pernikahan atas restu dari ayahnya, KH. Ali maksum dinikahkan dengan Nyai Hasyimah putri KH. M. Moenawwir Krapyak. Setelah hampir dua tahun KH. Ali maksum mengembangkan pesantren Al Hidayah dan sudah mulai terlihat hasilnya, keluarga besar dari pesantren Krapyak justru meminta KH. Ali maksum untuk mengasuh pesantren Krapyak, setelah wafatnya KH. M. Moenawwir.
Setelah menjadi pengasuh pesantren Krapyak, KH. Ali maksum tidak mengubah ciri khas pesantren Krapyak yang merupakan pesantren Al Quran, justru KH. Ali maksum menambahkan dengan mengadakan pengajian-pengajian kitab dan mendirikan madrasah-madrasah sesuai dengan tingkatan siswa-siswi diantaranya madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah.
Dengan metode pembelajaran sesuai dengan tingkatan siswa-siswi tentunya memudahkan siswa-siswi untuk mempelajari keilmuan atau materi pelajaran sesuai dengan tingkatanya.
KH. Ali maksum wafat di Yogyakarta pada usia 74 tahun dengan meninggalkan nama harum dan jejak pendidikan peantren modern di Indonesia.
No comments:
Post a Comment