
Ketika perang Jawa berkobar dibawah pimpinan Pangeran Diponegoro, Singowedono diangkat menjadi Tumenggung yang bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Jogonegoro dan diberi tugas untuk menjaga dan mengayomi daerah strategis perbatasan karisdenan Kedu dan Banyumas yang berkedudukan di Selomerto dengan dibantu Kyai Polanggeni, Kyai Songgo geni, Kyai Guntur geni dan Kyai Nurizal.
Beliau juga menjadi semacam koordinator wilayah senopati-senopati Pangeran Diponegoro yang berada di Karisdenan Kedu dan Banyumas. Setiap target operasi maupun serangan gerilya yang dilancarkan terhadap penjajah Bekanda harus mendapat restu dan dukungan KRT Jogonegoro. Semua itu dikarenakan KRT Jogonegoro paling sepuh atau tua diantara Tumenggung-tumenggung lainya diwilayah Kedu dan Banyumas. Tentunya Beliau sudah banyak berpengalaman tentang bagaimana cara menghadapi penjajah Belanda dan menyusun strategi yang tepat.
Untuk menjaga eksistensinya KRT Jogonegoro mendirikan Kadipaten di Plobangan, Selomerto dalam rangka menyusun kekuatan dan menghadang pasukan Belanda yang ingin masuk kekarisdenan Banyumas melalui jalur tengah. KRT Jogonegoro gigih berjuang mengusir penjajah Belanda hingga akhir hayatnya, beliau dimakamkan di desa Pakuncen, Selomerto. Setelah wafat peranan KRT Jogonegoro sebagai penguasa Selomerto digantikan oleh KRT Setjonegoro yang dikemudian hari memindahkan pusat pemerintahan dari Selomerto ke kota Wonosobo yang sekarang.
lahir 1675, perang diponegoro 1855, selisih 125 tahun.
ReplyDeleteHamengkubuwono II naik tahta tahun 1792, setelah perjanjian giyanti tahun 1755.
time tablenya gak sesuai...
perjanjian giyanti, wonosobo ikut jogja, sementara banjarnegara dan purbalingga ikut solo.
T. Jogonegoro wafat bersamaan dng perjanjian gianti. ada korelasinya?
selain T. Seconegoro ada juga T. Seconingrat yg kebetulan ayahnya demang kalibeber. sama-sama seco. ada hubungan?